Kisah Inspiratif Seekor Kecoa dan Pohon Mangga

Kisah Inspiratif Seekor Kecoa dan Pohon Mangga- Mari kita sedikit merenungkan 2 kisah pendek di bawah ini yang mudah-mudahan memberikan manfaat kepada kita untuk menjalani kehidupan di alam fana ini. Ingat hidup di dunia ini hanyalah sebuah persinggahan menuju tempat kehidupan yang abadi nanti. Jadi jangan menjadikan kehidupan di dunia ini sebagai tujuan akhir kita.

Kisah Seekor Kecoa

Kisah Inspiratif Seekor Kecoa dan Pohon Mangga

Suatu hari di sebuah restoran, seekor kecoak tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan hinggap di atas seorang wanita.

Wanita tersebut  mulai berteriak karena merasa ketakutan.

Dengan wajah panik dan badan gemetar, dia melompat, dengan kedua tangannya dia berusaha keras menyingkirkan kecoa itu.

Reaksinya menular, semua orang di sekitarnya ikut panik dan berhamburan suasanapun menjadi tidak terkendali.

Akhirnya wanita itu berhasil mengusir kecoa itu dengan susah payah, tetapi si kecoa tadi berpindah ke wanita lainnya yang masih berada di tempat tersebut.

Sekarang, giliran wanita lain dalam restoran itu untuk melanjutkan drama. Dia juga panik tidak karuan karena kelakuan si kecoa.

Pelayan bergegas maju untuk menyelamatkan mereka. Di tengah keributan saling lempar kecoa, akhirnya si kecoa jatuh ke badan pelayan yang akan menyelamatkan mereka.

Pelayan itu berdiri dengan tegak, tenang dan mengamati kelakuan kecoa di pakaiannya. Dia sangat percaya diri, dia menangkap kecoa itu dengan tangannya dan langsung membuang kecoa itu ke luar restoran.

Sambil menengguk segelas air ampas yang begitu nikmat, saya mengamati coretan kisah ini, antena pikiranku mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa itu bertanggung jawab atas perilakunya membuat sebuah drama kekacauan di tempat itu?

Tetapi ada hal yang lumayan  menarik di sini. Ketika kelakuan si kecoa membuat 2 wanita menjadi panik, mengapa pelayan tidak merasa terganggu dan dengan elegan menyingkirkannya ke luar restoran?. Dia menanganinya tanpa menimbulkan kekacauan.

Bukan kecoa yang membuat kekacauan, tetapi ketidakmampuan 2 wanita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebutlah sumber dari drama kekacauan itu.

Sekarang kita harus menyadari menyadari bahwa bukan teriakan ayah, atasan, anak, tetangga atau orang yang lainnya yang mengganggu kita, tetapi ketidakmampuan kita untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu kita.

Bukan macet di jalan yang mengganggu kita, tetapi ketidakmampuan kita mengatasi gangguan akibat kemacetan itulah yang mengganggu kita

Masalah itu pasti akan selalu ada, kita tidak mungkin bisa terlepas dari yang namanya masalah.Tetapi dampak dari masalah tersebut reaksi kitalah yang menentukan. Bisa jadi dampaknya menimbulkan kekacauan dan bisa juga tidak.

Masalah bukan untuk dihindari tetapi untuk dihadapi. Jadi hadapilah masalah dengan elegan.


Kisah Pohon Mangga

Kisah Inspiratif Seekor Kecoa dan Pohon Mangga

Zaman dahulu kala, ada pohon mangga yang besar. Seorang anak laki-laki senang datang dan bermain-main dengannya setiap hari.

Dia naik ke puncak pohon, memakan buahnya bahkan anak itu sering tidur siang di bawah kerindangan dedaunannya. Dia sangat mencintai pohon itu dan suka bermain dengannya.

Waktu terus berjalan. Anak kecil itu tumbuh, sekarang dia tidak lagi suka  bermain-main dengan pohon mangga itu.

Suatu hari, anak laki-laki itu kembali ke pohon dengan tatapan sedih di wajahnya.

"Kemarilah dan bermainlah denganku," pohon itu berkata kepada bocah itu.

"Saya bukan lagi anak kecil, saya sudah tidak suka bermain-main dengan pohon lagi." Anak laki-laki tersebut menjawab, "Saya ingin mainan. Saya membutuhkan uang untuk membelinya. "

"Maaf, saya tidak punya uang, tetapi kamu bisa mengambil semua buah mangga saya dan menjualnya sehingga kamu akan mempunyai uang."

Anak laki-laki itu sangat gembira. Dia mengambil semua buah mangga dari pohon itu dan pergi dengan gembira. Anak laki-laki itu tidak kembali. Pohon itu sedih.

Suatu hari, anak laki-laki itu tumbuh menjadi seorang pria dan kembali lagi mendatangi phon itu. Pohon itu sangat bergairah dan merasa bahagia

"Kemarilah dan bermainlah bersamaku," kata pohon itu.

"Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus bekerja untuk keluarga saya. Sekarang saya membutuhkan rumah untuk berlindung. Bisakah kamu membantuku?"

"Maaf, saya tidak punya rumah, tetapi kamu bisa memotong ranting-ranting saya untuk membangun rumahmu."

Pria yang sudah tumbuh dewasa itu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan gembira. Pohon itu senang melihat dia bahagia, tetapi anak laki-laki itu tidak kembali sesudahnya. Pohon itu kembali kesepian dan merasa sedih.

Suatu hari di musim panas, pria itu kembali lagi dan pohon itu sangat senang.

"Ayo kemarilah dan bermainlah bersamaku!" Kata pohon itu.

"Saya merasa sedih dan sudah tua. Saya ingin pergi berlayar untuk menenangkan diri. Bisakah kamu wahai pohon mangga  memberi saya sebuah kapal? "

"Gunakan batang pohon saya untuk membangun kapalmu. Kamu bisa berlayar dengan senang dan bahagia. "

Akhirnya  pria itu memotong batang pohon mangga itu untuk membuat kapal. Dia pergi berlayar dan tidak kembali lagi dengan waktu yang lama.

Pria itu kembali setelah dia pergi selama bertahun-tahun.

"Maaf, anakku, sekarang aku sudah tidak mempunyai apapun untukmu. Tidak ada lagi buah mangga yang bisa diberikan kepadamu. "Pohon itu berkata.

"Saya juga sudah tidak mempunyai gigi untuk menggigitnya," jawab pria itu.

"Tidak ada lagi ranting yang bisa kamu naiki."

"Saya sudah terlalu tua untuk itu sekarang," kata pria itu.

"Saya sekarang benar-benar tidak bisa memberimu apa-apa, satu-satunya yang tertinggal adalah akar sekaratku," pohon itu berkata dengan sedih dan lemas.

"Saya tidak memerlukan apapun sekarang, hanya tempat untuk beristirahat. Saya lelah, "jawab pria itu.

"Baik! Akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat. Ayo duduk bersamaku dan beristirahatlah. "

Anak laki-laki itu duduk dan pohon itu senang dan tersenyum.

Pohon dalam cerita ini mewakili orang tua kita. Maha Suci Allah, betapa besarnya pengorbanan orang tua untuk kita Saat kita muda, kita suka bermain dengan mereka. Saat kita dewasa, kita tinggalkan mereka dan baru kembali saat kita membutuhkan pertolongan. Orangtua rela mengorbankan apapun untuk kita sebagai darahnya bahkan nyawa sekalipun. Entah kata apa lagi yang harus dituliskan untuk menggambarkan pengorbanan orang tua kita. Sepertinya air lautpun tidak akan cukup dijadikan tinta oleh kita untuk menuliskan pengorbanan orang tua.

Raihlah keridoan orang tua, karena keridoan Tuhan kepada kita terantung keridoan orang tua kepada kita.

Post a Comment

0 Comments