Pengarang Kitab Sulamuttaufiq

Biografi Singkat Pengarang Kitab Sulam Taufiq: Sayyid Abdulloh Bin Husain bin Thohir 

https://coretan-kisahinspiratif.blogspot.com/2018/02/pengarang-kitab-sulamuttaufiq.html

BIOGRAFI

Sayyid Abdulloh bin Al-Husain bin Thohir Al-‘Alawi Al-Hadhromi adalah seorang ulama yang terkenal sebagai Ahli Ilmu Fiqih bermadzhab Syafi’i dan Ahli ilmu nahwu. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadhromaut, Yaman tahun 1191 H. Beliau pernah tinggal beberapa tahun di Mekah dan Madinah dan  beliau belajar kepada beberapa ulama  yang masyhur disana.

Setelah beberapa tahun di Mekah dan Madinah beliau kembali ke negaranya dan tinggal di Masilah, salah satu daerah yang terletak di selatan kota Tarim. Setelah kembali ke nagaranya, beliau mengabdikan dirinya untuk memberikan ceramah  dan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan mengisi waktu-waktunya untuk beribadah.

Semasa hidupnya beliau telah menulis beberapa kitab, diantaranya adalah “Sullamut Taufiq Ila Mahabbatillah Alat Tahqiq” dan “Miftahul I’rob”. Beliau wafat pada bulan Robi’ul Awwal tahun 1242 H.

Murid beliau, Al-Habib Al-Idrus bin Umar bercerita bahwa setiap hari gurunya suka membaca “Laa Ilaa ha Illalloh’ sebanyak 25.000 kali, membaca “Ya Alloh” sebanyak 25.000 kali dan membaca sholawat juga sebanyak 25.000 kali. Selain itu setiap akan mengerjakan sholat fardhu beliau suka mandi dan memakai minyak wangi.

Diantara hikmah- hikmah dari beliau :


“Bagi orang yang berdakwah, mengajak orang lain mengerjakan kebaikan dan mencegah meninggalkan kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) hendaknya bersikap lemah lembut dan belas kasihan pada semua orang. Mengajak mereka sedikit demi sedikit, apabila melihat mereka meninggalkan kewajiban maka suruhlah mereka untuk mengerjakan yang paling penting dari kewajiban-kewajiban tersebut, jika mereka mengerjakannya barulah suruh untuk mengerjakan yang lainnya.

Ajak mereka mengerjakan kebaikan dan takut-takuti mereka agar tidak meninggalkan kewajiban atau melakukan kemungkaran. Namun lakukan semua itu dengan lemah lembut dan belas kasihan, dan tanpa memandang apakah mereka memuji atau mencela, mereka memberikan sesuatu atau tak memberikan sesuatu, sebab jika sampai orang yang berdakwah memandang semua itu maka ia akan melakukan segala sesuatu dengan tujuan mudahanah (cari muka).

Dan apabila mereka melakukan banyak hal yang dilarang oleh agama dan tak menggubris larangan-larangan agama, maka beritahulah mereka larangan – larangan tersebut sebagiannya saja, lalu lain kali beritahu larangan – larangan lainnya dan begitu pula seterusnya.

Wallohu A'lam Bisshawab.

Post a Comment

0 Comments